Mengenal lebih dekat sindrom Kardio-Renal-Metabolik (KRM): Ancaman pada kejadian penyumbatan pembuluh darah
Kondisi penyumbatan pembuluh darah sering kali dianggap sebagai masalah yang datang tiba-tiba. Padahal prosesnya berlangsung perlahan selama bertahun-tahun dan melibatkan berbagai organ tubuh.
Menurut hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada tahun 2023, jumlah kejadian penyakit serangan jantung di Indonesia hampir mencapai 1% dari total seluruh penduduk. Salah satu konsep penting yang kini semakin mendapat perhatian adalah sindrom kardio-renal-metabolik (KRM), yaitu suatu kondisi kompleks yang melibatkan interaksi organ (jantung, ginjal) dan gangguan pada metabolisme tubuh.
Sindrom KRM adalah kondisi ketika seseorang mengalami kombinasi dari:
- Gangguan metabolik seperti obesitas, diabetes mellitus tipe 2, dan kolesterol tinggi
- Penyakit atau risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
- Gangguan fungsi ginjal, mulai dari ringan hingga penyakit ginjal kronis
Ketiga komponen tersebut membentuk lingkaran yang saling memengaruhi. Gangguan metabolik merusak pembuluh darah dan ginjal, penyakit ginjal meningkatkan tekanan darah dan menurunkan fungsi jantung, sementara penyakit jantung dapat mengganggu aliran darah ke ginjal dan organ lain.
Akibatnya, risiko kejadian penyumbatan pembuluh darah meningkat jauh lebih tinggi dibandingkan orang yang hanya memiliki satu kondisi saja.
Pembuluh darah yang sehat seharusnya bersifat lentur, tanpa sumbatan, dan mampu menyesuaikan ukuran/tekanannya dengan kebutuhan tubuh. Sementara pada sindrom KRM, terjadi beberapa perubahan penting yang merusak kondisi ini, yaitu
1. Peradangan Kronis dalam Tubuh
Obesitas dan diabetes tipe 2 menyebabkan jaringan lemak menghasilkan zat-zat yang menginduksi peradangan. Peradangan yang berlangsung terus menerus membuat dinding pembuluh darah menjadi rusak, kehilangan elastsitas, dan memicu penumpukan lemak di dalamnya. Proses ini yang dikenal sebagai aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah akibat plak lemak.
2. Kerusakan Lapisan Dalam Pembuluh Darah
Lapisan dalam pembuluh darah atau yang disebut dengan endotel berperan menjaga aliran darah tetap lancar. Gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, dan zat sisa metabolisme akibat gangguan ginjal yang berlangsung lama dapat merusak lapisan ini. Ketika endotel rusak, pembuluh darah lebih mudah menyempit dan membentuk bekuan darah.
3. Gangguan Profil Lemak
Pasien dengan sindrom KRM cenderung memiliki kolesterol jahat (kolestrol LDL) yang lebih tinggi dan kolesterol baik (kolestrol HDL) yang lebih rendah. Kombinasi ini mempercepat penumpukan plak di pembuluh darah di jantung dan otak.
4. Tekanan Darah Tinggi yang Sulit Dikontrol
Gangguan ginjal dan metabolik menyebabkan tekanan darah tinggi yang menetap dan sulit dikontrol dengan obat. Kondisi tekanan darah tinggi memberikan tekanan yang intens pada dinding pembuluh darah, membuatnya lebih kaku dan mudah tersumbat.
Pada akhirnya, penyumbatan pembuluh darah yang timbul perlahan lahan akibat sindrom KRM dapat berakibat buruk pada berbagai organ vital, yaitu serangan jantung, stroke penyumbatan/iskemik pada otak, gangguan aliran darah kaki yang dapat berujung amputasi, dan percepatan penurunan fungsi ginjal yang berujung pada cuci darah. Hal yang harus disadari adalah sering kali pasien tidak mengetahui jika mereka sudah memiliki semua kondisi dari KRM tersebut. Lalu, siapa yang berisiko untuk mengalami sindrom KRM?|
Seseorang memiliki risiko tinggi untuk mengalami sindrom KRM apabila memiliki satu atau lebih kondisi berikut:
- Berat badan berlebih, yaitu indeks massa tubuh diatas 25kg/m2 disertai lingkar perut lebih dari 88cm untuk perempuan dan 92cm untuk laki-laki
- Gula darah tinggi, yaitu gula darah puasa lebih dari 126, gula darah sewaktu atau post toleransi glukosa lebih dari 200, dan hasil HbA1c lebih dari 6.5%
- Tekanan darah tinggi, yaitu lebih dari 140/90mmHg
- Kolesterol tinggi, yaitu kolestrol LDL lebih dari 100mg/dL, kolestrol total lebih dari 200mg/dL, kolestrol trigliserida lebih dari 150mg/dL, dan kolestrol HDL kurang dari 40mg/dL
- Adanya tanda penyakit jantung, seperti adanya riwayat nyeri dada atau sesak ketika aktivitas
- Adanya tanda gangguan ginjal, yaitu eGFR kurang dari 90ml/kg/m2
- Kurangnya aktivitas fisik atau olahraga
- Riwayat makan tinggi lemak jenuh dan rendah serat
Risiko ini umumnya akan meningkat seiring bertambahnya usia, namun sindrom ini kini juga banyak ditemukan pada usia muda dan produktif.
Kabar baiknya adalah bahwa sindrom kardio-renal-metabolik ini dapat dicegah dan dikendalikan. Pendekatannya harus menyeluruh, tidak hanya fokus pada satu organ saja, yaitu melalui:
1. Perubahan Gaya Hidup
- Menurunkan berat badan secara bertahap
- Menerapkan pola makan seimbang rendah gula dan emak jenuh, serta tinggi serat
- Aktivitas fisik/olahraga rutin minimal 3-5 kali per minggu, masing masing selama 30 menit
- Berhenti merokok dan minum alkohol
2. Pengobatan yang Terintegrasi
Obat hanya akan dimulai ketika belum ada perubahan signifikan setelah adanya intervensi perubahan pola hidup. Obat yang diberikan harus selalu dalam pemantauan dokter, terutama untuk memberikan perlindungan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal, serta memperbaiki gula darah.
3. Deteksi Dini
Pemeriksaan rutin yang dilakukan setiap 6-12 bulan dapat mendeteksi sindrom KRM secara dini, yang minimal mencakup pemeriksaan berat badan, tekanan darah, gula darah dan HbA1c, kadar kolesterol, rekam jantung, dan fungsi ginjal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencegah kedatangan pasien yang sudah jatuh dalam komplikasi berat.
Penyumbatan pembuluh darah bukanlah peristiwa yang terjadi secara mendadak.
Kondisi ini sering kali merupakan puncak dari masalah jangka panjang yang melibatkan metabolisme, ginjal, dan jantung secara bersamaan. Sindrom kardio-renal-metabolik ini membantu kita memahami bahwa kesehatan tubuh bekerja sebagai satu kesatuan. Dengan mengenali sindrom KRM lebih dini, menerapkan gaya hidup sehat, dan mendapatkan terapi yang tepat, maka risiko serangan jantung, stroke, serta komplikasi berat lainnya dapat dihindari. Menjaga satu organ berarti menjaga seluruh sistem tubuh.
Referensi :
- Kementrian Kesehatan Indonesia (Kemenkes). Survei Kesehatan Indonesia (SKI), 2023
- Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Sindrom Kardio-Renal-Metabolik, 2024.
- American Heart Association (AHA). Cardiovascular–Kidney–Metabolic Syndrome Scientific Statement, 2023
- The Lancet. Cardio-renal-metabolic disease and cardiovascular risk, review articles
- European Society of Cardiology (ESC). Diabetes and cardiovascular disease guidelines
Penulis: dr. Burhan Gunawan